Kekeringan Air, Puluhan Hektar Sawah Tiga Desa di Sidoarjo Gagal Panen



Sidoarjo - Puluhan sawah tiga desa di Kecamatan Tarik, Sidoarjo, Jawa Timur mengalami gagal panen. Gagal panen padi yang melanda tiga desa di pinggiran Kota Sidoarjo ini, disebabkan oleh kekurangan air yang terjadi di musim kemarau, sehingga pasokan air untuk mengairi sawah petani menjadi kendala utama.

Sawah petani tiga desa di Kecamatan Tarik yang mengalami gagal panen ini, diantaranya Desa Segodobacang, Desa Banjarwungu dan Desa Mergosari. Kondisi kekeringan ini diperparah dengan hama tikus, sehingga sawah di tiga desa tersebut mengalami gagal panen total.

Menurut Kepala Desa Segodobacang, Slamet Rianto, gagal panen yang melanda sawah petani di desanya itu disebabkan oleh kekurangan air. Dengan tidak adanya pasokan air, serangan hama berupa tikus akan lebih mudah untuk menyerang tanaman padi milik warga petani.

"Di tahun ini, gagal panen di desa kami secara keseluruhan mencapai 70 hingga 80%, penyebab utamanya ya dari pengairan," ujar Slamet Rianto, Selasa (8/10/2024).

Rianto mengatakan, selain gagal total, sejumlah sawah yang mengalami gagal panen yang mencapai 50 hingga 80% juga terjadi di desanya. Seperti di Dusun Putuh ada sekitar 18 hektar sawah yang mengalami gagal panen, dan Dusun Segodo sebanyak 29 Hektar dengan mencapai kegagalan panen sekitar 80%, dan di Dusun Pulutan sebanyak 23 Hektar yang mengalami gagal panen total.

"Kalau di Dusun Pulutan di belakang saya ini gagal total, bahkan untuk panen gabah sekilo pun tidak ada," ungkap Rianto.

Menurut rencana, pihak pemerintah desa setempat akan melakukan upaya pengairan sawah dengan membuat sumur dangkal dengan melakukan pengeboran di tiap titik lokasi yang akan dijadikan sentral pengairan.

Sementara itu, Camat Tarik, Hary Subagio mengatakan, kondisi kekeringan sawah di Desa Segodobacang saat ini memang menjadi salah satu perhatian pemerintah. Selain faktor musim kemarau, kondisi Desa Segodobacang yang memiliki lokasi jauh dari sungai iringasi membuat pengairan sawah menjadi terhambat.

"Kalau Segodobacang ini kan kondisi letaknya ada di wilayah timur, sedangkan kalau di daerah barat airnya masih lebih tersedia di daerah sana, karena dekat dengan irigasi," kata Hary.

Hary menjelaskan, air dari hulu sungai irigasi untuk sampai ke sawah di Desa Segodobacang itu membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Jika air dialirkan ke sawah Segodobacang, saat di tengah perjalanan terjadi banyak kendala. Karena di desa yang lain juga banyak yang membutuhkan air. 

"Jadi pada saat musim kemarau kondisinya ya seperti ini," terang Hary.

Sementara dari data di Kecamatan Tarik, Desa Segodobacang mengalami gagal panen yang cukup besar, disusul Desa Banjarwungu juga mengalami gagal penen sebanyak 7 hektar dan di Desa Mergosari sebanyak 6 hektar.
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال