Warga Pesisir Sidoarjo Terjebak Banjir Rob Dua Kali Sebulan, KOJ Serukan Aksi “Save Tambak”

Kelompok Oposisi Jalanan bentangkan sepanduk save tambak


Sidoarjo – Banjir rob yang terus menghantui wilayah pesisir Sidoarjo menjadi sorotan serius Kelompok Oposisi Jalanan (KOJ) Sidoarjo. Dalam deklarasi aksi Save Tambak yang digelar Jumat (27/11/2025) di Desa Karanggayam, KOJ menilai pemerintah daerah belum hadir secara optimal untuk melindungi warga dari ancaman rob yang terjadi semakin sering dan membahayakan.

Ketua KOJ Sidoarjo, M. Yusuf Mansyur, mengungkapkan bahwa warga di beberapa dusun terpencil seperti Kepetingan, Telocor, hingga pesisir Porong kini harus menghadapi banjir rob dua kali dalam sebulan, bahkan saat tidak terjadi hujan. Rob sering datang pada malam hari, membuat aktivitas dan keselamatan warga sangat terganggu.

“Bayangkan, di musim kemarau pun mereka kebanjiran dua kali sebulan. Anak sekolah, bayi yang tidur, semua terancam. Rob datang malam hari. Dan pemerintah daerah seperti tidak hadir memeluk warganya,” tegas Yusuf.

KOJ menyebut, kondisi tersebut tidak bisa dilepaskan dari kerusakan ekologis dan penurunan kualitas tambak di wilayah pesisir. Hasil riset internal mereka menunjukkan abrasi di pesisir Sidoarjo mencapai 1.000 hektar per tahun, menyebabkan kawasan tambak semakin tergerus dan permukiman makin rentan terhadap rob.

Tambahan lagi, Yusuf menilai minimnya data pengelolaan ruang dari pemerintah membuat kerusakan semakin tidak terkendali.

“Sidoarjo sampai hari ini belum punya hitungan jelas mana lahan tambak, mana persawahan. Tidak ada data dasar. Akhirnya masyarakat pesisir menjadi korban pertama dari kerusakan ekologis,” ujarnya.

Di tengah ancaman rob yang kian parah, sekitar 420 jiwa atau 255 KK yang tinggal di kawasan tersebut harus hidup dalam keterisolasian. Mereka tanpa akses internet, dengan infrastruktur minim, dan akses pendidikan yang terbatas. Guru yang mengajar di kawasan pesisir pun harus menggunakan perahu dari pusat kota dan kembali sebelum pukul 11.00 karena transportasi yang terbatas.

KOJ juga memperingatkan ancaman etnosida, memudarnya profesi tambak dan pertanian karena semakin tidak diminati generasi muda akibat kondisi yang sulit dan tidak adanya perlindungan maupun dukungan pemerintah. Etnosida adalah menghilangkan ekonomi yang berbasis budaya,

“Potensi wilayah ini luar biasa, bahkan bisa jadi wisata air. Tapi sampai hari ini yang ada justru pengurukan tambak tanpa perhitungan, membuat kerentanan banjir rob makin tinggi,” pungkas Yusuf.

KOJ juga menyayangkan sikap pemerintah setempat yang menurunkan sepanduk bertuliskan #savetambaksidoarjo yang dipasang di kawasan jembatan Karanggayam, Sidoarjo, yang dipasang beberapa hari lalu untuk menyuarakan aspirasi masyarakat pesisir.

Melalui aksi Save Tambak, KOJ mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah konkret agar warga pesisir tidak terus hidup dalam ancaman rob dan kehilangan identitas budaya mereka.
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال